Warisan Adat Budaya Warga Gellenge tetap terjaga ditengah Gempuran Globalisasi

SOPPENG, SAR.COM-Budaya Bugis merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang kaya akan nilai, tradisi, dan filosofi hidup. 

Di era globalisasi, banyak tantangan yang dihadapi dalam menjaga keberagaman budaya ini agar tetap relevan dan tidak tergerus oleh perkembangan zaman. 

Salah satu tradisi penting dalam budaya Bugis adalah Mappadendang, yaitu upacara adat yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur setelah panen padi.

Mappadendang adalah ritual adat masyarakat Bugis yang melibatkan musik tradisional dengan menggunakan alu dan lesung sebagai alat untuk menumbuk padi secara ritmis. 

Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas hasil panen, tetapi juga sebagai ajang mempererat kebersamaan dalam masyarakat.

Mappadendang bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga upaya regenerasi budaya agar tradisi ini tetap hidup dan diwariskan ke generasi selanjutnya.

Seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat Gellenge dusun Mattirobulu,desa Bulue,Kecamatan Marioriawa,kabupaten Soppeng
Kegiatan Adat Mappadendang ini salah warisan leluhur yang tetap di pertahankan sampai saat ini.

Menurut sesepuh (Sandro Wanua) kampung Gellenge Lababu (95 th) kepada media ini Jumat (09/09/2025) mengatakan bahwa,
Kegiatan Adat Pattaungen Mappadendang ini sudah lama dilakukan oleh masyarakat Gellenge bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka jelasnya.

Kegiatan Pattaungen ini ada beberapa rangkai mulai dengan Mattula Bala (Tolak bala) jumat pertama Mappenre Ota, Kemudian jumat berikut  Tolak bala dengan Denge,dibawa ke mesjid baru di makan ramai ramai kemudian Jumat Ketiga tolak bala Lappe Leppe,pada jumat berikutnya Acara Mappadendang dilanjutkan,dengan Maulid di masjid seperti kita lakukan hari ini ujar Lababu.

Tidak berhenti sampai disitu pada jumat berikutnya diakan Acara Tahlilan di Masjid kemudian setelah acara Tahlilan selasai tibalah pada acara penutup yakni semua warga pergi ziarah kubur di leluhurnya.

Acara ini merupakan bentuk rasa syukur atas limpahan rahmat kepada Allah SWT dan kegiatan Adat Pattaungen ini dilaksanakan tiap tahun pada bulan Maulid tutup sesepuh.(ono)